Selasa, 29 November 2016

KECIL-KECIL NIKAH PART.6

Erwan cepat mengenakan pakaiannya setelah membilas tubuhnya sebentar. Setelah selesai berpakaian Ia langsung lari kebawah karena bell pintu terus berbunyi. Erwan memberikan senyum termanisnya saat Ia membuka pintu, dan mendapati kedua orang tuanya sudah berdiri didepan pintu. "Assalamuallaikum Wan" sapa Ayah dan Bundanya. "Walaikumsalam Ayah..Bunda" sahut Erwan sembari mencium punggung tangan kedua orang tuanya. "Habis mandi ya Wan?". "Iya Bun". "Vania mana?". "Dikamarnya mungkin Bun". "Kamu nggak ngapa-ngapain Nia kan Wan?". "Enggak Bun". "Jangan bikin malu ya Wan, Bunda tidak mau orang tua Nia sampai kecewa sama kita". "Iyaaa Buun" sahut Erwan lebih meyakinkan Bundanya. "Ayah Bunda kok cepat banget balik dari Bandung?". "Kita batal ke Bandung karena Tantemu yang dipindah kerumah sakit disini" jawab Ayahnya. "Oooh begitu ya". "Iya..nanti malam kita ajak Vania jenguk Tantemu juga ya". "Iya Ayah". "Sudah sholat Ashar Wan?". "Belum Bun". "Cepat sholat Ashar dulu sana, Ayah Bunda mau kekamar dulu" kata Bu Elma. "Ya Bun" Erwan menganggukan kepalanya lalu melangkah kakinya menaiki tangga. "Nia..Nia" diketoknya pintu kamar Vania perlahan. Pintu kamar Vania terbuka. "Ada apa Bang?" Vania muncul dengan memakai mukena ditubuhnya. "Sudah sholat Ashar ya?". "Baru mau". "Bareng ya..tunggu Abang sebentar". "Abang mau kemana?". "Ngambil sarung, peci..". "Kan ada dikamar Nia bekas dzuhur tadi Bang". "Ooh iya lupa..ayolah". Selesai sholat Ashar. "Ayah Bunda sudah pulang ya Bang?" Tanya Vania sambil merapikan bekas sholat mereka. "Iya..nggak jadi ke Bandung katanya soalnya Tante dipindah perawatannya kerumah sakit disini" jawab Erwan seraya melepas peci, baju koko dan sarungnya dan meletakannya diatas tempat tidur Vania. "Ooh gitu ya". "Kata Ayah nanti malam kita harus ikut nengokin Tante kerumah sakit". "Jam berapa Bang?". "Aduuh Abang lupa tanya jam berapa". "Ooh". "Sini" Erwan menepuk pahanya agar Vania duduk dipangkuannya. "Nggak mau..malu nanti kalau kepergok Ayah Bunda" Vania menggelengkan kepalanya. Erwan mengunci pintu kamar Vania. Lalu menarik Vania agar duduk diatas pangkuannya. "Abang ingin cium Nia ya?" Tanyanya polos. Erwan tidak menjawab tapi bibirnya sudah menggapai bibir Vania. Vania melingkarkan satu tangannya dibahu Erwan. Tampaknya Vania mulai ketagihan dengan apa yang dinamakan ciuman. Erwan melepaskan ciumannya, diusapnya bibir Vania dengan jarinya. "Nia suka Abang cium?". Wajah Vania memerah mendengar pertanyaan Erwan membuat Erwan tersenyum sumringah. "Mau lagi?" Tawarnya. Vania mengangguk samar, wajahnya semakin merah. "Nia boleh minta apa saja sama Abang, tapi ingat ya Nia jangan pernah mau disentuh apa lagi dicium cowok lain". "Heengh..Nia tahu itu dosakan Bang?". "Hmmm pinter istri Abang" Erwan mengecup puncak hidung Vania sekilas. Vania tersenyum dengan tersipu malu. Bibir Erwan kembali meraih bibir Vania. Digigitnya pelan bibir bawah Vania sehingga Vania membuka mulutnya. Vania berusaha mengimbangi tarian lidah Erwan dirongga mulutnya. Satu tangan Erwan menyusup kebalik baju Vania dan menaikan bra Vania dari dadanya, sehingga dadanya lolos dari branya. Erwan menundukan kepalanya, dada Vania kini jadi sasaran kecupannya. Erwan membaringkan Vania diatas ranjang. "Abang mau bikin tanda didada Nia". "Tanda apa Bang". "Tanda kalau Nia milik Abang". "Enghh tanda seperti apa? Nia nggak ngerti Bang". "Tunggu yaa" Erwan mengecup dada Vania memberikan kiss marknya disana. "Ayo bangun..lihat deh tanda bikinan Abang" Erwan membantu Vania untuk bangun. Vania bangun dan Erwan membawanya kedepan cermin. Erwan berdiri dibelakang Vania, dan Ia mengangkat baju Vania agar Vania bisa melihat dadanya. "Ini tandanya kalau Nia cuma milik Abang" Erwan menunjuk kiss mark yang dibuatnya. "Enghh..Nia kan milik Bapak Ibu juga, tapi Bapak Ibu belum pernah kasih tanda kalau Nia milik Bapak Ibu..". "Ehhh...Nia sebagai milik Bapak Ibu itu berbeda dengan Nia sebagai milik Abang". "Apanya yang beda?" Vania mengusap tanda merah didadanya. "Bedanya Nia kan anaknya Bapak Ibu, tapi Nia istrinya Abang" jawab Erwan asal. "Eeh perut Nia kok belum besar-besar ya Bang" Vania mengusap perutnya pelan dan menatap perutnya melalui pantulan tubuhnya dicermin. Erwan tersenyum melihatnya. "Sini" Erwan kembali membawa tubuh Vania agar duduk dipangkuannya. "Abang mau cium bibir Nia lagi apa dada Nia?" Vania mengangkat bajunya agar dadanya terlihat jelas. Erwan menggelengkan kepalanya lalu merapikan lagi bra Vania yang tadi sempat diangkatnya. "Jangan kasih lihat siapapun tanda yang tadi Abang kasih ya". "Heengh" Vania mengangguk. "Abang mau jujur sama Nia". "Jujur?? Maksudnya Abang selama ini bohongin Nia, tidak jujur sama Nia?". "Iya". "Abang bohong apa sama Nia?". "Soal ciuman". "Soal ciuman? Maksudnya?". "Maksudnya..ehmmm...Abang bohong soal ciuman bikin hamil" Erwan menjawab ragu, takut Vania marah. "Ehmm..tapi Ibu juga bilang begitu kok, Ibu nggak mungkin bohong kan, mungkin perutnya Nia aja yang belum besar-besar Bang". "Tidak Nia..ciuman tidak bikin hamil". "Terus kalau ciuman tidak bikin hamil kenapa Rumi dicium Mas Narji bisa hamil?". "Karena ciumannya bukan dipipi atau dibibir". "Bukan dipipi atau dibibir? Maksud Abang Mas Narji ciumnya diperut Rumi gitu, makanya perut Rumi jadi besar?". Ya Allah.. Masih ada ya cewek seperti Vania jaman sekarang. Berkah banget buat Aku punya istri murni begini. Tapi kepolosan dan keluguannya bikin Aku pusing juga jadinya batin Erwan. "Abang jawab!!" Vania memukul dada Erwan pelan. "Ciumannya bukan diperut tapi yang dibawah perut". "Ehh dibawah perut" refleks tangan Vania merayapi bawah perutnya. Vania bangkit dari pangkuan Erwan. "Maksud Abang ciumannya disini?" Tanyanya sambil menunjuk apa yang ada diantara kedua pahanya. Erwan menganggukan kepalanya. Diraihnya lagi tubuh Vania agar kembali duduk dipangkuannya. "Jadi sekarang Nia nggak hamil?". "Heehmm". "Alhamdulillah..". "Nia senang tidak hamil?". "Heumm" kepala Vania mengangguk. "Nia tidak marah Abang bohongin?". "Heengh" kepala Vania menggeleng. "Alhamdulillah kalau Nia tidak marah...Abang boleh cium lagi kan?". "Heeumm" kepala Vania mengangguk lagi. "Nia suka Abang cium ya?". "Hee" wajah Nia tersipu malu. "Enak ya ciuman?". "Iya". "Tapi Nia harus ingat cuma Abang yang boleh cium Nia, tidak boleh sama cowok lain". "Iya Nia tahu...itu dosa, Abang sudah berapa kali bilang itu". "Ehmm baju Nia buka ya, Abang ingin bikin tanda yang banyak didada Nia" Erwan ingin melepaskan baju Vania. "Waann!!". "Bunda" kata Vania panik, Vania ingat kalau Bunda melarangnya membukakan pintu untuk Erwan. "Gelar lagi sajadahnya, kita pura-pura baru selesai sholat" Erwan memasang lagi baju koko dan sarungnya dengan cepat sementara Vania membuka pintu kamarnya. "Abangnya disini Bun". "Eeh ngapain Abang dikamar Nia?" Tanya Bu Elma heran. "Habis sholat Ashar bareng Bun" jawab Erwan yang muncul dibelakang Vania. "Ooh ya sudah..Bunda cuma mengingatkan habis maghrib kalian siap-siap ya, kita nengokin Tante kalian kerumah sakit". "Iya Bun" sahut Erwan. "Kamu nggak balik kekamarmu Wan?" Tanya Bu Elma. "Tanggung Bun sebentar lagi maghrib kita mau maghrib bareng, ya kan Nia?" Erwan menggamit lengan Nia. "Eeh iya...iya" Vania menganggukan kepalanya. "ya sudah..tapi ingat jangan macam-macan ya Wan!". "Kalau Nianya yang macam-macam gimana Bun?". "Enghhh Nia nggak pernah macam-macam...Abang tuuhhh yang..." rajuk Nia. Vania ingin mengatakan kalau Erwanlah yang sudah macam-macam. "Eeh iya..iya..Nia memang nggak pernah macam-macam kok Nia kan cantik baik..iya kan Bun" potong Erwan cepat sebelum Nia mengadukan perbuatannya kepada Bundanya. "Ingat ya Wan!". "Iya Buuunn" sahut Erwan. "Bunda kebawah dulu ya Nia, kalau Bang Erwan macam-macam bilang saja sama Bunda ya". "Iya Bun" Vania menganggukan kepalanya. Bu Elma turun kelantai bawah. Erwan kembali menutup dan mengunci pintu kamar Vania. "Nia tadi mau ngadu ya sama Bunda kalau sudah Abang cium?". "Maaf..Nia lupa". "Maafnya akan Abang terima kalau Nia mau Abang cium lagi". "Iya deeh..Abang mau cium bibir apa dada Nia?". "Dua-duanya". "Iya deh..tapi maafin Nia ya Bang". "Buka dong bajunya". Vania sudah ingin melepas bajunya ketika. "Waann!" Suara Pak Yanto mengagetkan keduanya. "Ya Ayah" Erwan cepat membuka pintu kamar Vania. "Kamu ngapain dikamar Vania Wan?". "Mau sholat maghrib bareng Vania Ayah". "Ooh..Ayah cuma mau mengingatkan pajak STNK mobilmu sepertinya sudah waktunya dibayar Wan". "Ooh iya..besok akan Aku bayar Yah". "Besok pagi ambil uangnya sama Ayah ya". "Ya Ayah". Begitu Ayahnya turun kebawah, Erwan langsung menutup dan mengunci lagi kamar Vania. "Nia" panggilnya saat Vania tidak terlihat diruangan kamarnya. "Nia". "Nia dikamar mandi Bang". "Ngapain". "Enghh..anu..bisa minta tolong nggak Bang?". "Minta tolong apa?". "Nia datang bulan, tapi nggak punya pembalut bisa nggak mintakan sama Bunda mungkin Bunda punya" sahut Nia yang menongolkan kepalanya dari balik pintu kamar mandi. "Apa pembalut?". "Iya..tolongin Nia ya Bang" suara Nia terdengar penuh permohonan. "Iya deh Abang tolongin, tapi nggak gratis ya". "Eeh..maksudnya Nia harus bayar pembalutnya". "Bukan bayar pembalutnya, tapi bayar jasa ngambilin pembalutnya". "Iya..iya nanti Nia bayar..cepetan Baaang" rengek Vania. Erwan cepat turun kebawah memintakan pembalut kepada Bundanya. -- Vania tidak bisa ikut kerumah sakit karena sakit perut. Erwanpun tidak jadi ikut karena harus menemani Vania. Vania meringkuk diatas tempat tidurnya, disaat seperti ini biasanya Ibunya dengan telaten meletakan air hangat dalam botol diatas perutnya. "Sakiit Baang..hiks..hikss...Nia ingin pulang...hiks..hikss..Nia kangen Ibu..hiks..hiks.." isaknya dengan air mata berlinang dikedua pipinya. Erwan memeluknya dari balik punggung Vania. Tangannya yang sudah diberi minyak kayu putih mengusap-usap perut Vania. "Cuupp..cuupp..kan ada Abang..Nia tidak boleh bergantung sama Ibu lagi, Nia kan sudah punya suami sekarang. "Huuuhuuu...Nia kangen Ibu" Vania memutar tubuhnya menghadap Erwan. Erwan menghapus air mata dipipi Vania. "Jangan nangis lagi ya Sayang, nanti sakitnya pasti hilang kan tadi sudah dikasih Bunda minuman penghilang nyeri saat datang bulan" bujuk Erwan. "Tapi masih sakit Baang". "Iya Abang tahu makanya ini Abang usap-usap pakai minyak kayu putih". Vania memejamkan matanya berusaha menahan rasa tidak enak diperutnya. "Nia". Tidak ada sahutan. "Nia". Masih tidak ada sahutan. Erwan menjauhkan tubuhnya agar bisa melihat wajah Vania. Hhhh Dia tertidur tanpa membayar upah mengambil pembalut padaku..gerutu Erwan dalam hatinya. Direngkuhnya tubuh Vania kedalam dekapannya. "Aku mencintaimu Vania" Erwan mengecup kening Vania penuh cinta. ***BERSAMBUNG***

18 komentar:

  1. yeee udh part 6,, part 7 blum ad di wattpad ya..udah g sabar dg kepolosan vania dan simesum erwan

    BalasHapus
  2. Bun aku ud baca part ini ama ud lanjut pas diwattpad. Krn dihapus ya ud aku baca lgi tp ska bgt ngulang2 bacanya

    BalasHapus
  3. Bun..di tunggu part 7 nyaa yaa..kalo bisa jngn lama2 bund.hehe

    BalasHapus
  4. Bun..di tunggu part 7 nyaa yaa..kalo bisa jngn lama2 bund.hehe

    BalasHapus
  5. Hihihi.. ternyata cudah muncul merekaa.
    Gak bisa bernti senyum dan ketawa kalo baca kkn ni
    Kocak habiss

    BalasHapus
  6. Nia.. Nia polos banget sih kamu, mdh2an sakit perut akibat dateng Bulannya cepet sembuh yahh... Duh kesian dech

    BalasHapus
  7. Nia.. Nia polos banget sih kamu, mdh2an sakit perut akibat dateng Bulannya cepet sembuh yahh... Duh kesian dech

    BalasHapus
  8. Nia.. Nia polos banget sih kamu, mdh2an sakit perut akibat dateng Bulannya cepet sembuh yahh... Duh kesian dech

    BalasHapus
  9. Nia.. Nia polos banget sih kamu, mdh2an sakit perut akibat dateng Bulannya cepet sembuh yahh... Duh kesian dech

    BalasHapus
  10. Untung nia ga marah yah selama ini dibohongi ma ervan☺☺☺

    BalasHapus
  11. Untung nia ga marah yah selama ini dibohongi ma ervan☺☺☺

    BalasHapus
  12. Vania km di modusin terus nih sama bang erwan....

    BalasHapus
  13. Bun...bikin erwan cemburu dong...

    BalasHapus
  14. Bun...bikin erwan cemburu dong...

    BalasHapus
  15. bun, kok tulisannya berantakan yaa

    BalasHapus
  16. Bun.... ditunggu lanjutannya...

    BalasHapus
  17. Bunn ini kok gak dilanjut lanjut yaaa

    BalasHapus