Rabu, 16 November 2016

KECIL-KECIL NIKAH PART.4

PART.4 (ASI) Beberapa hari terakhir ini Erwan dan Vania sibuk untuk mempersiapkan urusan kuliah dan sekolah mereka. Besok hari pertama Vania masuk sekolah. Bu Elma menemui Vania dikamarnya.Vania duduk bersila diatas ranjang sementara Bu Elma duduk ditepi ranjang. "Bunda berharap Nia betah tinggal dan sekolah disini, kalau ada apa-apa Nia jangan sungkan bicara langsung sama Ayah atau Bunda ya, Ayah Bunda sekarang sudah jadi orang tua Nia" Bu Elma mengusap kepala Nia dengan rasa sayang. "Iya Bun" Vania menganggukan kepalanya. "Disekolah Nia harus pinter memilih teman ya Sayang, jangan sampai salah pilih teman". "Tapi kata Bapak kita tidak boleh pilih-pilih teman Bunda, mau kaya mau miskin mau cantik mau jelek sama saja". "Bapak Nia benar, maksud Bunda pilih-pilih teman itu bukan soal kaya miskin cantik jelek, tapi soal sikap dan perilakunya baik atau tidak". "Kata Bapak berteman dengan orang baik itu bagus, dan orang yang sikapnya buruk jangan dijauhi tapi harus dirangkul dan didekati agar kita bisa mengajaknya menjadi orang baik, kata Bapak sikap buruk itu bisa terjadi karena banyak hal, mungkin karena Dia kecewa atau sakit hati, jadi mereka tidak boleh dimusuhi tapi harus diberi perhatian dan kasih sayang" kata Vania panjang dan lebar membuat Bu Elma terkesima dengan penjelasan Vania barusan. "Bapak Nia benar tapi ini Jakarta Sayang bukan desa, dan pastinya dikota besar penyebab dari sikap buruk seseorang lebih beragam dan itu membuat tingkah buruk mereka jadi lebih beragam pula caranya, Bunda hanya takut kepolosan dan keluguanmu membuat Nia jadi mudah terpengaruh pergaulan yang tidak baik". Vania menggaruk kepalanya karena tidak memahami apa yang disampaikan Bu Elma. "Nia nggak ngerti Bun". Bu Elma tersenyum dan diam sesaat untuk mencari kalimat yang lebih gampang dicerna Vania. "Maksud Bunda...Nia harus menghindari teman yang bisa membuat Nia jadi bersikap buruk, disini sulit untuk mengajak orang menjadi baik yang ada orang baik lah yang bakal terpengaruh untuk ikut bersikap buruk..Nia sudah paham maksud Bunda?". "Owhh..jadi Nia jangan berteman dengan orang yang sikapnya buruk, biar Nia tidak terseret ikut seperti mereka..begitu ya Bun, tapi kata Bapak kalau iman kita kuat InshaAllah kita tidak akan terpengaruh". Bu Elma terdiam lagi, Ia jadi bingung bagaimana harus memberi pengertian kepada Vania akan kekhawatirannya, karena sepertinya apa yang ditanamkan orang tua Nia sudah berurat dan berakar didalam benak Vania. "Ya..ya..baiklah Nia, Bunda cuma berpesan sama Nia, belajar yang rajin dan jangan sampai terpengaruh pergaulan yang buruk ya, dan Bunda percaya Nia pasti bisa membuat bangga orang tua Nia juga Ayah Bunda, Bunda kebawah dulu ya, perlengkapan untuk sekolah besok sudah siapkan?" Bu Elma berdiri dari duduknya. "Sudah Bunda". "Oh ya..satu lagi, kalau Nia ada didalam kamar kunci pintunya ya, jangan ijinkan Bang Erwan masuk kesini..oke". Vania menganggukan kepalanya. "Ya Bunda". Cup Bu Elma mengecup kening Vania. "Selamat tidur Nia". "Selamat tidur juga Bunda". Vania masih berdiri diambang pintu kamarnya, menunggu Bu Elma hilang dari pandangannya ketika tiba-tiba Erwan mendorongnya masuk lalu mengunci pintu kamar Vania. "Iiih Abang mau apa? Kata Bunda Abang nggak boleh masuk kamar Nia" Vania memukul lengan Erwan yang ada dibahunya. "Bunda kan tidak tahu kalau Kamu hamil, jadi tidak tahu kalau kita harus sering ciuman biar anak kita sempurna". "Tapi perut Nia kok nggak besar-besar ya Bang". "Perut Nia nanti pasti tambah besar". "Kalau perut Nia besar, gimana sekolah Nia nanti Bang". "Abangkan sudah bilang kalau Nia masih bisa sekolah walaupun hamil, tapi Nia jangan bilang-bilang sama siapapun ya, kalau Nia dan Abang sudah ciuman". "Heengh" Vania menganggukan kepalanya. "Sekarang Nia harus tahu tahap berikutnya". "Tahap berikutnya apa Bang?". Erwan duduk ditepi ranjang lalu menepuk pahanya. "Sini duduk dipangkuan Abang". "Buat apa?". "Nanti Abang jelaskan".Erwan menarik lengan Vania hingga Vania terduduk miring diatas pangkuannya. Begitu pantatnya jatuh diatas pangkuan Erwan tiba-tiba saja Vania menangis membuat Erwan kebingunan. "Nia kenapa menangis". "Huuuhuuu...Nia ingat Bapak". "Ingat Bapak?". "Iya..hiks...hiks". "Nia kan bisa telpon kalau kangen". "Nia sudah telpon tadi siang pakai hp yang baru dibeliin Bunda, tapi Nia kangen dipangku Bapak Bang hiks...hikss". "Anggap saja sekarang Nia lagi dipangku Bapak ya" Erwan mengusap kelapa Vania yang jatuh dibahunya. "Huuuhuuu...Bapaakk" Vania menangis terisak. "Sudah cup..cup..sekarang Nia tidur saja ya, besok harus sekolahkan?". "Tapi Nia masih ingin dipangku hiks...hiks...Nia kangen tidur dipangkuan Bapak hiks...hiks". "Ya sudah...Nia boleh tidur dipangkuan Abang malam ini" sahut Erwan dibelainya lembut punggung Vania. Vania melingkarkan satu lengannya dileher Erwan, tangan yang satunya mengait dibawah ketiak Erwan. Suara isakannya masih terdengar, terkadang Ia menggesekan wajahnya kekaos yang dipakai Erwan untuk menghapus air mata nya. "Cup..cup....sudah dong nangisnya kan sudah Abang pangku" bujuk Erwan. "Enghhh" Vania menggumam pelan, kepalanya menyusup kelekukan leher Erwan, hembusan nafas Vania membuat Erwan merinding. Erwan masih mengusap punggung Vania pelan tapi kali ini usapan itu langsung mengenai kulit Vania. Kaitan bra Vania sangat menggoda jemarinya untuk membukanya. Jujur saja sejak masuk SMA Ia sudah sering menggerayangi tubuh pacar-pacarnya, tapi hanya sampai menggerayangi dan mengecup saja. Belum sampai pada tahap belah durennya. Dengan sangat perlahan Erwan mengangkat tubuh kecil Vania dan membaringkannya diatas ranjang. Dengan perlahan juga dinaikannya atasan dan bra Vania sampai melewati dadanya. Sehingga terlihat dengan jelas buah dada Vania yang putih, tidak terlalu besar tapi terlihat padat berisi. "Enghhh Abang mau apa?" Mata Vania terbuka dengan malas.Erwan meraba dada Vania pelan. Plakkk.. Vania bangun dari rebahnya, tangannya memukul tangan Erwan yang meraba dadanya. "Jangan dipegang" Vania cepat membereskan pakaiannya. Keduanya duduk bersila berhadapan diatas ranjang. "Kenapa?". "Kata Ibu kalau dada cewek kesenggol cowok nanti bisa jadi besar seperti kelapa...hiiiyyy..." Vania bergidik membayangkan buah dadanya sebesar dan seberat kelapa. Hampir saja tawa Erwan meledak, tapi Ia menahan tawanya demi misinya. "Justru karena itu Abang pegang dada Nia". "Eeh..maksud Abang?" Vania mengernyitkan dahinya tidak mengerti maksud Erwan. "Maksud Abang...Nia kan hamil nih.." Erwan menyentuh perut Vania. "Ehmm terus". "Kalau hamil berarti nanti melahirkan..iya kan". "Heeng" Vania menganggukan kepalanya. "Nah kalau anak kita lahir otomatis Nia harus menyusui kan?". "Heeum". "Kalau dada Nia masih kecil begini mana bisa Nia menyusui anak kita, pasti asinya sedikit iya kan? Kalau asinya sedikit anak kita nanti tidak kenyang pasti nangis terus, kalau nangis terus bisa sakit...iya kan?" Rayu Erwan dengan penjelasannya yang bagi Nia sangat masuk akal. "Iya..terus bagaimana?". "Karena itu Abang pegang-pegang dada Nia, biar dada Nia jadi besar dan nanti asinya bisa muat banyak". "Ehmm begitu ya Bang?". "Coba lihat gelas sama botol banyak mana muat airnya?" Erwan menunjuk kearah botol besar berisi air mineral dan gelas yang ada diatas meja didekat pintu kamar mandi. "Botol kan botol lebih besar" jawab Nia polos. "Nah begitu juga dadanya Nia, kalau kecil asinya pasti sedikit kalau besarkan muatnya pasti jadi banyak..iya kan?". Nia menganggukan kepalanya. "Abang pinter ya, kok bisa tahu hal yang seperti itu, padahal Abang kan cowok". "Abangkan ingin jadi Ayah yang baik untuk anak kita, jadi Abang harus tahu hal-hal yang seperti itu". "Owhh begitu ya" Vania manggut-manggut. "Nia ingin jadi Ibu yang baik juga kan?". "Heumm". "Kalau begitu ijinkan Abang pegang dan cium dada Nia ya...demi anak kita" nada suaranya dibuat seperti penuh permohonan oleh Erwan. wajahnya dibuat sememelas mungkin. "Mau ya sayang" rayu Erwan. "Enghhh...heum" Vania akhirnya mengangguk juga. Erwan bersorak didalam hatinya. Matanya langsung berbinar cemerlang. "Sekarang kita lepas baju Nia dulu ya" Erwan menggapai ujung atasan yang dipakai Nia. Nia mengangkat kedua tangannya untuk memberikan jalan agar Erwan bisa melepaskan bajunya. "Kulit Nia putih banget" puji Erwan sambil menyentuh dada Vania. Pujian Erwan membuat pipi Nia memerah. "Sekarang lepas branya ya". "Ehmm" Vania mengangguk dan membiarkan Erwan melepaskan branya dan menjatuhkan bra itu kelantai tepat diatas bajunya tadi. Nia menyilangkan kedua tangannya didada saat menyadari tatapan Erwan yang tidak mau lepas dari dadanya. "Jangan ditutupin Sayang" Erwan melepaskan tangan Vania dan didorongnya tubuh Vania agar jatuh kekasur. Kedua jemari tangan Erwan bertautan dengan kedua jemari tangan Vania. Sedang wajah Erwan sudah berada diatas dada Vania. Bibir Erwan mengecup bukit kecil didada Vania, lidahnya mempermainkan ujung buah dada Vania. Erwan bisa merasakan tubuh Vania yang bergetar. "Kenapa sayang?". "Badan Nia berasa meriang Bang". "Itu tandanya dada Nia sedang bereaksi, kalau kita sering begini maka dada Nia akan semakin cepat besarnya". "Enghh begitu ya". "Iya sayang...jadi rasakan saja ya". "Heum" kepala Nia mengangguk. Erwan kembali dengan aksinya mengecupi dan mencumbui buah dada Nia. Mulut Nia mendesah pelan. "Uuuhhh...Baang". "Ehmm". "Nia mau pipis sebentar ya". "Pipis". "Iya...celana Nia sudah basah.." Bibir Erwan tersenyum senang. "Coba Abang lihat ya" Erwan ingin menurunkan celana Vania, tapi Vania menahan tangan Erwan. "kenapa?". "Dosa". "Dosa?". "Kata Ibu punya Nia yang didalam celana nggak boleh kelihatan apa lagi dipegang cowok karena dosa, Nia enggak mau berdosa terus dibakar api neraka...hiiiyyy...panass" Tubuh Vania bergidik ngeri. Lagi Erwan harus menahan tawanya. "Nia...Abang ini suami Nia, kita sudah menikah jadi tidak dosa kalau Abang melihat atau memegang bagian manapun dari tubuh Nia". Plaaakk. Vania memukul jidatnya. "Iya Abang benar, kata Ibu cuma suami Nia yang boleh melihat dan pegang-pegang badan Nia...Abangkan suami Nia ya hehehehe" Nia tertawa dengan mimik lucu. "Jadi...". "Waaann" kalimat Erwan terpotong karena mendengar panggilan Bundanya. "Bunda...tadi Bunda bilang Abang nggak boleh masuk kamar Nia...gimana dong Bang" Vania segera memungut baju dan branya dan mengenakannya dengan sangat cepat. "Aduuh untung tadi pintu kamar Abang kunci" Erwan meraba kunci pintu kamarnya disaku celananya. "Terus bagaimana Bang?". "Abang keluar lewat teras saja, terus lompat keteras kamar Abang" Erwan menuju pintu teras kamar Vania. Vania melihat jarak yang cukup jauh antara teras kamarnya dan kamar Erwan. "Kalau Abang jatuh bagaimana?" Mata Nia sampai berkaca-kaca saking cemasnya. Erwan tidak menyahut tapi Ia langsung menaiki pagar pembatas teras kamar Nia, dan berusaha menggapai pagar teras kamarnya. "Hufff..huuhhh.." Erwan sudah berada diteras kamarnya. Mereka berdua bernafas lega. "Selamat tidur Nia" Erwan memberikan kiss bye nya untuk Vania membuat Vania tersipu malu. Setelah Vania masuk kedalam kamarnya. Erwan juga masuk kedalam kamarnya. Saat Erwan membuka pintu kamarnya, Bundanya sudah ada didekat tangga. "Ada apa Bun?" Tanya Erwan mendekati Bundanya. "Kamu dipanggil-panggil dari tadi...". "Maaf Bun...perutku mules jadi tadi waktu Bunda panggil Aku ada dikamar mandi". "Mules??". "Iya..tapi sekarang enggak lagi kok, ehmm ada apa Bunda nyariin Aku?". "Bunda cuma mau minta tolong sama Kamu buat anterin Vania besok kesekolah, Kamu belum mulai masuk kuliahkan?". "Belum Bun". "Jadi bisakan besok ngantar Vania kesekolah". "Bisa Bun". "Ya sudah kalau begitu..terimakasih ya..sekarang tidurlah, Vania juga sepertinya sudah tidur ya". "Iya Bun" Erwan menganggukan kepalanya. Bu Elma melangkah menuruni tangga sedang Erwan mencoba membuka pintu kamar Vania tapi terkunci. "Nia..Nia" panggilnya tapi tidak ada sahutan. Hhhh pasti Dia sudah tidur ....gagal lagi karena Bunda...sabaar Erwan..Vania tidak akan kemana-mana..Dia akan ada disini..dan masih banyak waktu untuk bersamanya...bahkan mungkin Kau akan bersamanya untuk seumur hidupmu....batinnya. ***BERSAMBUNG***

4 komentar:

  1. Masih pengen ketawa klw lihat polosnya vania dan modusnya erwan ya ampun....ada cwe sepolos ini wkwkwk

    BalasHapus
  2. Masih pengen ketawa klw lihat polosnya vania dan modusnya erwan ya ampun....ada cwe sepolos ini wkwkwk

    BalasHapus
  3. Hehehe...Vania tuh hidup di zaman apa sih ?
    Kebangetan polosnya...

    BalasHapus
  4. Hahahahaha
    Wajar sih masih polos.. wong baru tamat smp, tapi gak sepolos itu juga kayaknya.. wkwkwkkwkw

    BalasHapus