Senin, 21 November 2016

KECIL-KECIL NIKAH PART. 5

PART.5 I LOVE YOU Vania sudah rapi dengan seragam sekolahnya, Ia keluar dari kamarnya berbarengan dengan Erwan yang juga baru keluar dari kamarnya. "Abang kuliah hari ini?". "Enggak..Abang diminta Bunda buat nganterin Nia kesekolah". "Ooh.." Vania ingin melangkah lebih dulu, tapi Erwan menahan tangannya. "Ada apa?" Tanyanya. Cup. Ervan mengecup pipi Vania sekilas. Mata Vania melotot gusar. "Abaang" sengitnya sambil memukul lengan Erwan. "Cuma cium sebentar kok" sahut Erwan. Vania memanyunkan bibirnya. "Kalau manyun begitu Abang cium lagi nih". "Enghh nggak mau" rajuk Vania. "Kalau enggak mau senyum dong" Ervan mengusap bibir Vania dengan jarinya. Terpaksa Vania mengukir senyum dibibirnya. "Naah gitu dong kan cantik jadinya". Cup Erwan mengecup sekali lagi pipi Vania. "Iih kok dicium lagi" Vania memukul lengan Erwan lagi. "Habisnya Nia cantik siih" puji Erwan melambungkan hati Vania. "Ayo turun" Erwan menggandeng lengan Vania untuk turun kebawah. "Eeh mana ponselmu, biar Abang tahu nomermu". Vania mengeluarkan ponselnya dari dalam tasnya. Erwan mengernyitkan alisnya melihat ponsel yang diserahkan Vania ketangannya. "Ini ponsel yang baru dibelikan Bunda?" Tanyanya dengan tatapan tidak percaya . Tapi dimasukannya juga nomer kontaknya diponsel Vania dan nomer kontak Vania diponselnya. "Heengh" Vania menganggukan kepalanya. Mereka sampai dibawah. "Bunda kenapa Nia dibelikan ponsel jadul begini sih, inikan cuma bisa buat telpon sama sms an" kata Erwan sambil mengacungkan ponsel ditangannya. "Bukan cuma bisa buat sms sama telpon, tapi bisa buat mainan ular-ularan juga kok Bang" sahut Vania. "Kamu harus tahu Wan, Buat beliin ponsel Vania saja Bunda harus meyakinkan Ibu nya Nia dulu, kalau Nia memang sangat butuh ponsel itu untuk komunikasi kita dengan Dia" jawab Bu Elma. "Kamu belum pernah punya ponsel Nia?" Tanya Erwan, Vania menggelengkan kepalanya. Hhhh...pantas saja polosnya minta ampun...ternyata benar-benar suci murni tanpa tambahan apapun...batin Erwan. "Ayo sarapan dulu" Bu Elma dan Bibik sudah selesai menyiapkan sarapan untuk mereka. Saat sarapan terjadi percakapan ringan diantara mereka berempat. Bu Elma kembali mengulangi pesan yang diucapkannya kepada Vania. Vania menganggukan kepalanya sebagai tanda Ia akan mematuhi pesan Ibu mertuanya. -- Erwan memarkir mobilnya didepan gerbang sekolah Vania, sekolah ini juga sekolahnya dan baru tahun ini Erwan lulus. "Sudah sampai..ayo turun". "Nia takut Bang". "Takut??". "Heenghh" Vania mengangguk dengan wajah cemas. "Nia tidak usah takut, bulatkan tekad kalau Nia ada disini untuk masa depan Nia oke!" Erwan menggenggam tangan Vania erat. "Tapi Nia nggak punya teman disini Bang". "Bukan tidak punya, tapi belum punya, cewek semanis Nia, sebaik Nia pasti bisa cepat punya teman, asal Nia mau menyapa dan memperkenalkan diri lebih dulu, tapi ingat pesan Bunda tadi ya, hati-hati memilih Teman" sahut Erwan. "Heenghh" Vania menganggukan kepalanya. "Sekarang turun ya..sudah hampir waktunya masuk" bujuk Erwan. "Heengh" Vania meraih tangan Erwan lalu diciumnya punggung tangan Erwan. Erwan membalas dengan mengecup pipi Vania. "Abaaang..kalau ada yang lihat kan malu" rungut Vania dengan wajah cemberut. "Enggak ada yang lihat kecuali yang diatas". "Haahh... diatas ada siapa?" Seru Vania panik sambil mendongakan kepalanya keatas. Erwan langsung tergelak mendengar pertanyaan dan sikap polos istri imutnya. "Maksud Abang yang diatas itu Allah sayaaaang" Erwan menyubit kedua pipi Vania dengan gemas. "Sakiit Baang...Abang sih tadi bilangnya yang diatas, Nia pikir diatas mobil hehehe". "Sudah turun sana, belajar yang rajin dan ingat jangan terlalu dekat sama cowok karena Nia istri Abang oke". "Heengh eeh Abang nggak pengen turun juga, inikan pernah jadi sekolah Abang" tanya Vania. Erwan menggelengkan kepalanya. "Abang masih ada yang harus dikerjakan, kalau waktunya Nia pulang, nanti telpon Abang ya, biar Abang jemput kamu". "Iya..Assalamuallaikum Bang". "Walaikumsalam". Vania turun dari mobil dan melangkah dengan ragu untuk melewati pintu gerbang sekolahnya. "Hayy" seorang cewek mensejajari langkahnya. "Hay juga" sahut Vania. "Murid baru juga ya?" Tanya cewek yang tubuhnya lebih tinggi dan lebih besar sedikit dari Vania. "Iya". "Kenalkan namaku Ami" cewek itu menyodorkan tangannya pada Vania. "Vania panggil saja Nia" Vania menyambut uluran tangannya. "Semoga kita ditempatkan disatu kelas ya Nia". "Iya" sahut Vania yang merasa senang karena langsung mendapatkan teman baru disekolahnya. Bukan cuma Ami teman yang mulai dekat dengannya, tapi juga ada Kiki dan Yani. Mereka ditempatkan dalam satu kelas dan duduk saling berdekatan. -- Vania sudah duduk dimobil bersama Erwan yang menjemputnya. Tiga teman barunya sudah pulang lebih dulu. "Gimana hari pertama sekolahmu Sayang?". "Nia sudah punya tiga teman dekat Bang" jawab Vania riang. "Oh ya..cewek an?" Tanya Erwan menyelidik. "Iya dong cewek masa cowok sih, namanya Ami, Kiki dan Yani, kita satu kelas duduknya juga dekatan Bang" Erwan tersenyum melihat cara bicara Vania yang sangat kekanakan. "Nia mau langsung pulang atau makan siang dulu?" Tanya Erwan. "Langsung pulang atau makan siang dulu?" Tanya Vania bingung. Erwan mengangguk. "Kita kan makan siangnya dirumah, berarti ya harus pulang dulu dong Bang". "Kita makan siangnya diluar saja, Ayah sama Bunda tadi mendadak pergi ke Bandung, Tante Yanti kakaknya Ayah sakit". "Ooh..Ayah Bunda nginep di Bandung Bang?". "Belum tahu mungkin ya mungkin juga tidak, melihat kondisi Tante Yanti dulu". "Ooh begitu ya, jadi kita cuma berduaan dirumah Bang, tadi pagi kan si Bibik dan suaminya si Mamang ijin pulang tiga hari". "Iya..kita cuma berdua, tapi ada Pak Satpam kok". "Ooh iya ya hehehe". "Nia ingin makan siangnya apa Sayang?". "Nia ingin..." Vania terdiam matanya berkaca-kaca lalu terdengar isakannya. Erwan menghentikan mobilnya ditepi jalan saat melihat Vania menangis. "Kenapa Nia menangis?" Erwan meraih bahu Vania. "Nia kangen Ibu...kangen masakan Ibu...hiks...hiks.." jawab Vania sambil terisak. "Sstt..cup..cup..Nia kangen masakan Ibu, masakan apa..biar kita cari rumah makan yang menyediakan masakan yang seperti dimasak Ibu ya" bujuk Erwan sambil menghapus air mata dipipi Vania. Vania menggelengkan kepalanya. "Kita pulang sekarang saja Bang". "Kok pulang kita kan mau makan siang dulu". "Kita masak sendiri aja makan siangnya". "Memangnya Nia bisa masak?". "Bisa" sahut Vania sembari menganggukan kepalanya. "Ya sudah kita langsung pulang sekarang" Erwan kembali menyalakan mobilnya. Tiba dirumah Vania langsung mengganti baju seragamnya didalam kamar tidurnya, baru Ia menuju dapur. Erwan sendiri sudah menunggunya didalam dapur. Vania membuka kulkas untuk melihat apa yang ada didalam kulkas yang bisa dimasaknya. "Cuma ada ayam ungkep sama kangkung, tomat dan cabe Bang" Vania mengeluarkan apa yang disebutkannya dari dalam kulkas. "Mau dimasak apa?". "Ayam goreng sama tumis kangkung". "Abang bantu ya". "Heengh". Vania memanaskan penggorengan dan mulai menggoreng ayam. "Abang tungguin ayam gorengnya, Nia nyiapin bumbu tumisannya, Abang suka pedas nggak?". "Iya Abang suka pedas". Erwan memperhatikan Vania yang mengupas bawang dan kemudian menguleknya bersama cabe plus terasi. Vania mulai menumis bumbu yang aromanya bikin Erwan bersin karena banyaknya cabe yang ada didalam bumbu tumisan. Erwan selesai menggoreng ayam, Vania juga selesai menumis kangkungnya. "Makan siang sudah siap" kata Vania yang baru selesai menata meja makan dibantu Erwan. Vania mengambil piring Erwan untuk diisi nasi didalam rice cooker yang sudah dimasak Bibik tadi pagi. "Lagi?". "Cukup". "Sayurnya segini?". "Heehm". "Minumnya apa Bang, air putih saja atau mau yang lain?". "Air es aja". Vania mengambil sebotol air es dari kulkas dan menuangkannya kegelas dihadapan Erwan. "Habis makan kita sholat dzuhur bareng ya Bang". "Heehmm" Erwan hanya menjawab dengan mengangguk karena mulutnya penuh makanan. "Enak Bang tumisnya?". "Emmm" Erwan mengangkat satu jempolnya tanda Ia memuji masakan Vania. Vania tersenyum bahagia karena mendapat pujian dari Erwan. Vania dengan dibantu Erwan membereskan bekas makan mereka. Saat Vania mencuci piring Erwan tidak bisa menahan keinginannya untuk memeluk Vania dari belakang. Ia sering melihat adegan seperti itu difilm-film yang ditontonnya. "Nia" Erwan melingkarkan tangannya diperut Vania. Bibirnya mengecup leher Vania lembut. "Iih Abang..Nia lagi cuci piring Bang" protes Vania. "Abang cuma ingin meluk kamu kok, sama ingin mengelus dada dan perutmu" satu tangan Erwan meremas dada Vania yang satu lagi mengelus perut Vania. "Engghhh Abaang" Nia menggedikan bahunya karena merasa merinding saat Ervan mengecupi ringan lehernya. Vania selesai mencuci piring, Erwan memutar tubuh Vania agar menghadap kearahnya. Erwan mengangkat dagu Vania agar wajahnya mendongak kearahnya. Bibir Erwan cepat melumat bibir Vania. Tangan Erwan menuntun tangan Vania agar melingkari lehernya. Erwan meraih pinggang Vania, diangkatnya Vania dan didudukannya diatas meja dapur. "Bang kalau sering ciuman nanti anak kita kembar berapa ya Bang?" Tanya Vania dengan lugunya. Erwan tersenyum mendengar pertanyaan Vania. "Sayang.... meskipun kita ciuman sejuta kali, anak kita didalam perutmu tidak akan sampai sejuta kok". "Owhh begitu ya". "Hmmm". Ciuman Erwan turun keleher Vania. "Abaang sholat dzuhur dulu baru ciuman lagi" kata Vania lirih membuat Erwan melepaskan ciumannya dileher Vania. "Owhh..iya..ayo kita sholat bareng" Erwan menurunkan Vania dari atas meja. "Heumm..tapi Nia mau mandi sebentar ya Bang". "Iya..Abang juga mau mandi dulu" sahut Erwan. -- Selesai sholat dzuhur bareng dikamar Vania. "Boleh pinjam paha Abang nggak?" Tanya Vania setelah melepas mukenanya. "Buat apa?". "Biasanya habis sholat Nia suka tiduran diatas pangkuan Bapak" jawab Vania. "Nia ingin tidur dipangkuan Abang?". "Heengh..Abangkan sudah janji mau gantiin pangkuan Bapak dengan pangkuan Abang". "Sini" Erwan menarik lengan Vania lembut, Vania beringsut dan duduk miring dipangkuan Erwan. "Tidurlah" Erwan mengelus punggung Vania pelan. "Eeh Nia lupa". "Lupa apa?". "Tadikan waktu didapur ciuman kita belum selesai, Abang masih ingin cium Nia lagi?". Ya Allah... Istriku ini benar-benar lugu, polos... Tidak tega rasanya kalau Dia terus-terusan Aku modusin, Aku bohongin, tapi....hhhh "Bang..kok malah melamun, kalau Abang nggak ingin cium Nia lagi, Nia mau tidur aja" Vania merebahkan kepalanya dibahu Ervan. Ervan mengangkatnya dan merebahkannya diatas ranjang. "Enghh...Nia mau tidur dipangkuan Abaang". "Tidurnya dipeluk Abang saja ya, Abang juga mengantuk Sayang" Erwan meletakan kepala Vania diatas lengannya setelah Ia ikut berbaring disisi Vania tanpa melepas baju koko dan sarungnya. "Lepas dulu baju Abang". "Ehhh". "Masa tidur pakai baju koko sih, kan buat sholat Bang". "Oh iya..sebentar ya" Erwan bangun dari rebahnya untuk melepaskan baju koko dan sarungnya. Erwan hanya menyisakan celana pendek ditubuhnya. Erwan kembali berbaring seperti tadi. "Dada dan perut Abang berotot sama seperti Kang Timo yang kerja disawah Bapak" kata Vania sambil terkikik saat jemarinya menyentuh dada dan perut Erwan. Ya ampun Nia masa cowok seganteng Aku disamain dengan Kang Timo yang kulitnya hitam sih hhhh. Tangan Erwan menahan tangan Vania yang merayapi dada dan perutnya. Mending kalau merayapinya bikin berdebar ini merayapinya bikin geli. "Katanya tadi ngantuk". "Heengh". "Ayo tidur". "Heengh...Abang beneran nggak mau cium Nia lagi sebelum tidur". "Nia pengen Abang cium?". "Heengh" Vania menganggukan kepalanya membuat Erwan tertegun sesaat. "Abang boleh cium dada Nia juga nggak?". Vania diam sesaat, kemudian menganggukan kepalanya. "Baju Nia kita lepas dulu ya". "Heengh" Vania membiarkan Erwan melepas baju dan branya, menyisakan celana pendek tetap melekat ditubuh Vania. Bibir Erwan memgulum bibir Vania lembut, lalu ciumannya turun kebahu lanjut kebuah dada Vania. "Abaang". "Ehmm". "Nia ngantuk Bang". Erwan melepaskan ciumannya, lalu mendekap tubuh Vania. "Tidurlah Sayang, Abang juga mengantuk" Erwan merapatkan dada Vania agar menempel ditubuhnya. Tidak berapa lama kantuk membuat keduanya tertidur dengan lelapnya. -- Erwan terbangun dan mendapati Vania tidak ada lagi didalam dekapannya. Erwan segera mencarinya, tapi tidak menemukan Nia dilantai atas. Erwan mencarinya dilantai bawah dan menemukan Vania tengah ada didalam kolam renang. Mata Erwan terbelalak saat melihat Vania mengenakan sarung didalam kolam renang seakan Dia tengah mandi disungai saja. Erwan segera menceburkan diri kedalam kolam renang setelah melepaskan celana pendeknya dan hanya menyisakan celana dalamnya saja. "Iih Abaaang" seru Vania riang. "Nia kok tidak nembangunkan Abang?". "Abang tidurnya lelap banget Nia nggak tega buat bangunin Abang". "Nia kenapa berenangnya pakai sarung?". "Nia kalau mandi disungai ya pakai sarung begini". "Hhh ini kolam renang Nia bukan sungai". "Iya Nia tahu, tapi kan Nia bingung mau berenang pakai apa". "Ya sudah sekarang lepas saja sarungnya" Tanpa diduga oleh Vania sebelumnya, Erwan menyelam dan menarik sarung yang menutupi dada Vania lewat bawah kakinya. Erwan menggulung sarung itu dan melemparkannya kepinggir kolam. "Abaang..Aku jadi telanjang" protes Vania yang hanya tinggal memakai celana dalamnya saja, persis seperti saat mereka tidur tadi. Ervan memepet tubuh Vania ketepi, disandarkannya tubuh Vania kedinding kolam. Dilumatnya bibir Vania dan diremasnya dada Vania. "Niaaa" bibir Erwan memberi tanda merah didada Vania. "Enghh Abang..dingin Baang" Erwan membawa Vania naik dari kolam renang. Dibopongnya Vania dan didudukannya diatas kursi panjang dibawah payung besar. Erwan berlutut dihadapan Vania dengan bibir sibuk mengisap ujung buah dada Vania, sementara tangannya mengelus perut Vania lembut. "Enghh geli Baang". "Ehmm geli?". "Heenghh". Bibir Erwan meraih bibir Vania. "I love you Vania" bisiknya ditelinga Vania. "kata ibu Nia masih kecil belum boleh i love you i love you an Bang". Erwan tersenyum. "Karena Abang sudah jadi suami Nia, Nia harus i love you juga sama Abang". "Oh iya..ya..Nia lupa hehehe". Tiitttt... Suara klakson mobil dari depan mengagetkan mereka berdua. "Ayah Bunda" kata Erwan panik. "Aduuh gimana Bang?". "Ayo cepat kita kekamar" Erwan meraih sarung Vania yang tadi dilemparkannya, digulungnya sarung basah itu didalam celana pendeknya yang tadi Ia lepaskan sebelum masuk kedalam kolam renang. Mereka berdua berlarian nenaiki tangga dengan hanya memakai celana dalam saja. Untungnya tubuh mereka sudah mulai kering karena sudah cukup lama keluar dari dalam kolam renang. Vania berlari sambil menyilangkan tangan didadanya untuk menahan buah dadanya agar tidak bergoyang saat Ia berlari. Sedang Erwan berlari sambil memegangi sarung Vania dan celana pendeknya. Erwan tersenyum melihat keadaan mereka berdua. Mungkin begini barangkali pasangan mesum yang terkena razia di penginapan-penginapan...hhhh... batin Erwan. ***BERSAMBUNG***

7 komentar:

  1. Hadeh...kasian dech mereka padahal udah sah, abisnya msh pd sekolah sih jd ajah hihi

    BalasHapus
  2. Hadeh...kasian dech mereka padahal udah sah, abisnya msh pd sekolah sih jd ajah hihi

    BalasHapus
  3. Hhahahaahha.. pasangan ini lucu banget sih bun..
    Ada yg yg kayak mereka?

    BalasHapus
  4. Kocakk dah si erwan sma vania wkwkwk
    Vania poloss bngt jdi cwe. Si erwannya jga modus mlu..

    BalasHapus
  5. Aduhhh masih tepom jidat ma kelakuannya ervan yang super modus😆😆😆

    BalasHapus
  6. Aduhhh masih tepom jidat ma kelakuannya ervan yang super modus😆😆😆

    BalasHapus