Jumat, 23 Desember 2016

KECIL-KECIL NIKAH PART.7

PART.7 (CEMBURU)

**setelah satu bulan**
Vania ingin turun dari mobil Erwan yang mengantarnya kesekolah.
"Eeh tunggu".
"Ehmm ada apa Bang".
"Nia belum bayar sama Abang ongkos untuk mengantar Nia kesekolah".
"Haahh masa Nia harus bayar juga sama Abang?".
"Iya dong".
"Nih tadi Nia dikasih Bunda uang jajan 20 ribu".
"Abang nggak mau dibayar pake uang".
"Eeh..terus pakai apa Bang?".
"Ciuman".
"Eeh..malu Bang sudah banyak yang datang".
"Bukan sekarang tapi nanti malam".
"Oooh..kalau nanti malam Nia mau kok Abang cium".
"Bener ya".
"Hengh..Assalamuallaikum Bang".
"Walaikumsalam sayang, selamat belajar dan ingat nggak boleh dekat-dekat cowok lain" Erwan mengacungkan jari telunjuknya kearah Nia.
"Iyaaa..Nia tahu Abang..sudah sana Abang pergi kuliah" Vania segera turun dari mobil Erwan.
Erwan melambaikan tangannya kearah Vania.
Vania berlari mendekati tiga temannya.
"Diantar Bang Erwan ya Nia" tanya Ami.
"Iya".
"Bang Erwan sama Abang Gue satu kelas waktu sekolah disini, Abang Gue bilang Bang Erwan itu playboy, ceweknya banyak" kata Yani.
"Ooh..".
"Tapi kata Abang Gue Bang Erwan sepupu Lo itu juga baik Nia, Dia sering traktir Abang Gue makan" kali ini Kiki yang bicara.
"Ooh".
"Iissh Nia kok ooh..ooh terus sih" rungut Ami kesal.
"Terus Nia harus bilang apa?".
"Hhh...Lo sudah sarapan Nia?" Tanya Yani.
"Sudah" Vania menganggukan kepalanya.
"Lo bawa bekal apa hari ini?" Tanya Kiki.
"Enggak tahu Bunda ngasih bekal apa, nih lihat saja sendiri" Vania mengambil kotak bekalnya dari dalam tasnya lalu menyodorkannya pada Kiki.
Meski Bu Elma memberinya uang jajan, tapi Beliau juga memberinya bekal setiap hari dengan menu berbeda.
Kiki membuka kotak bekal Vania.
"Nugget...minta ya Nia" kata Kiki.
"Heeh..ambil saja" jawab Vania.
Baru saja Kiki mengambil sepotong nugget dari kotak bekal Vania, kotak bekal itu sudah berpindah tangan.
Seorang cowok merebut kotak bekal itu dari tangan Kiki.
"Zidaaaannn" teriak Kiki gusar.
Yang diteriaki cuek saja melenggang masuk kedalam kelas dengan kotak bekal Vania ditangannya.
Keempatnya menyusul Zidan masuk kedalam kelas.
Zidan terlihat sudah duduk dikursi paling pojok dideretan paling belakang.
Kursi kebesarannya begitu Zidan menyebutnya.
Vania mendekati Zidan.
"Kak Zidan kalau mau minta bilang saja, tapi jangan semuanya dong" Vania menadahkan tangannya meminta kotak bekalnya dikembalikan.
"Gue mau semuanya" sahut Zidan dengan suara dan ekspresi datar.
"Kak Zidan nggak punya uang buat jajan ya? Nih ambil saja uang jajan Nia, tapi balikin kotak bekalnya, itu punya Bunda nanti Nia harus jawab apa kalau kotak bekal Bunda nggak Nia balikin" Nia menyodorkan uang 20 ribu yang diambilnya dari saku bajunya kehadapan Zidan.
Mata Zidan menyorot marah pada Vania.
"Heryy bocah desa..Gue bukan orang kere ya, lihat dompet Gue..uang Gue 100 kali lipat banyaknya dari uang ditangan Lo itu" Zidan mengeluarkan dompetnya dan mengeluarkan isinya. Entah berapa banyak uang yang ada didompet Zidan, Vania tidak tahu saking banyaknya.
"Kalau kakak banyak uang kenapa ngambil bekal Nia, kan Kakak bisa jajan pakai uang Kakak sendiri".
"Lo mau tahu kenapa? Karena Gue suka membuat keributan" jawab Zidan dengan bangga.
"Pantas saja Kakak dua kali tinggal kelas, pasti karena Kakak suka mengganggu orang dan suka membuat keributan, kata Bapak Nia hidup itu cuma sekali jangan disia-siakan untuk hal yang tidak berguna, berikan yang terbaik yang kita bisa, orang tua Kakak pasti sedih ya kalau tahu Kakak seperti ini" cerocos Nia dihadapan Zidan.
"Eeh Lo bocah desa jangan ceramah didepan Gue ya" sergah Zidan dengan suara gusar.
"Nia tidak ceramah Kak, Nia cuma ingin Kakak tidak menyia-nyiakan masa muda Kakak".
"Eeh..Lo lama-lama omongan Lo sudah seperti Guru BP tahu nggak..nih kotak makan Lo, sana jauh-jauh dari Gue..Gue nek denger omongan Lo" Zidan menyerahkan kotak makan Nia ketangannya.
Vania menerima kotak makannya dengan senyum manis tersungging dibibirnya.
"Makasih Kak" sahutnya riang.
Vania segera mendekati ketiga temannya yang sedari tadi hanya berani memperhatikan dari tempat duduk mereka.
"Nih makan lagi" Vania meletakan kotak bekalnya diatas meja dihadapan tiga temannya.
"Gila Lo Nia...berani banget Lo sama si trouble maker itu" bisik Yani.
"Kenapa mesti takut, Kak Zidan kan manusia bukan singa".
"Tapi Diakan perusuh paling ditakuti disekolah ini Nia, para Guru saja sudah angkat tangan sama kelakuannya" sahut Kiki.
"Kenapa nggak dikeluarin saja dari sekolah ini ya?" Tanya Vania.
"Eeh Lo nggak tahu ya Nia, sekolah inikan punya Kakeknya Dia" sahut Yani.
"Emang sekolah dikota bukan punya pemerintah ya?" Vania mengernyitkan keningnya bingung.
"Hadeehhh Nia...kalau dikota memang banyak sekolah yang bukan milik pemerintah tapi milik yayasan seperti sekolah kita ini Nia" jawab Ami.
"Oooh begitu ya".
"Iya..." sahut ketiga temannya.
Bell tanda masuk berbunyi.
Mereka bersiap untuk menerina pelajaran mereka untuk hari ini.
--
Vania menunggu jemputan sembari berdiri dengan punggung bersandar didekat gerbang sekolah.
Ketiga temannya sudah pulang lebih dulu.
Seorang cowok yang baru keluar dari gerbang sekolah dengan menaiki sepeda motor berhenti didepannya.
"Heey bocah desa" panggil cowok itu sambil melepas helmnya.
"Kak Zidan!" Seru Vania sambil menegakan punggungnya.
"Ngapain Lo masih disini?".
"Nunggu jemputan" jawab Vania.
"Mau Gue antar pulang nggak?".
"Eeh..enggak makasih Kak".
"Eeh bocah desa asal Lo tahu ya, Lo satu-satunya cewek didunia ini yang Gue tawarin buat Gue antar pulang, harusnya Lo senang Gue tawarin" Zidan menatap Vania gusar karena sudah menolak tawarannya.
"Oooh begitu ya..ehmm tapi maaf Kak, Nia dilarang terlalu dekat dengan cowok" sahut Vania polos.
Zidan turun dari motornya.
"Siapa yang melarang?" Zidan berdiri dihadapan Nia.
"Ibu Bapak, Ayah Bunda dan Bang Erwan".
"Mereka itu siapa?" Tanya Zidan tidak puas dengan jawaban Vania.
"Ibu Bapak itu orang tua Nia, Ayah Bunda itu orang tua Bang Erwan".
"Bang Erwan itu siapa?".
"Bang Erwan itu...naah itu Bang Erwan" Vania menunjuk kearah mobil yang mendekati mereka.
Mobil berhenti didekat mereka, Erwan keluar dari dalam mobil dengan wajah merah dan tatapan tajam kearah Zidan.
Erwan dan Zidan berdiri berhadapan.
Mata mereka seperti tengah berperang, Zidan membuang pandangannya.
"Oke Nia..karena 'Bang Erwanmu' sudah datang, Gue pergi dulu" ujar Zidan dengan menekankan kata 'Bang Erwanmu' pada kalimatnya.
Zidan segera memasang kembali helmnya dan segera menaiki motornya.
"Naiklah" Erwan membukakan pintu mobilnya untuk Vania.
Vania masuk kedalam mobil setelahnya baru Erwan masuk lewat pintu yang lainnya.
Erwan duduk dibelakang setir tanpa bicara.
Vania memperhatikan wajah Erwan yang seperti menyimpan kemarahan.
Suasana terasa sangat hening dalam perjalanan mereka kembali kerumah.
Vania diam karena bingung dengan kediaman yang ditunjukan Erwan.
Begitu tiba dirumah Vania turun dari mobil diikuti Erwan.
Tapi Erwan tetap diam saja sampai mereka masuk kedalam rumah.
Erwan tahu benar siapa Zidan, mereka satu sekolah sejak SD sampai SMA.
Tapi mereka tidak pernah bisa jadi teman dekat karena sikap Zidan yang sangat sulit dimengerti.
Zidan suka mengganggu orang untuk mencari perhatian.
Tapi Dia juga suka menyendiri seperti mempunyai dunia sendiri.
"Eeh..kalian sudah pulang..ganti baju dulu, sholat dzuhur dulu baru makan siang ya" suara Bundanya membuat lamunan Erwan terhenti.
"Ya Bun" sahut Vania sambil mencium punggung tangan Bu Elma setelahnya Erwan melakukan hal yang sama.
Mereka berdua naik kelantai atas menuju kamar mereka masing-masing.
"Bang" panggil Vania pelan membuat Erwan menghentikan langkahnya.
"Abang lagi sariawan atau sakit gigi Bang?" Vania berdiri dihadapan Erwan, dua jarinya menjepit pipi Erwan agar mulut Erwan terbuka.
Vania menengok kedalam mulut Erwan, Erwan melepaskan tangan Vania dari pipinya kemudian menarik pinggang Vania agar tubuh Vania rapat ketubuhnya.
Bibir Erwan mengulum bibir Vania lembut.
"Nia milik Abang, kenapa Nia dekat-dekat dengan cowok lain?" Tanya Erwan setelah melepaskan ciumannya.
"Ehmm..maksud Abang cowok lain itu Kak Zidan?" Tanya Vania tanpa rasa bersalah.
"Hmm..Kak Zidan?" Erwan mengernyitkan keningnya mendengar cara Vania menyebut nama Zidan, baginya terdengar seperti sangat akrab.
"Iya..cowok yang tadi itu namanya Kak Zidan, Dia teman satu kelas Nia, ehmm harusnya sih Dia kelas 12 Bang, tapi karena...".
"Stop..stop..sekarang ganti bajumu kita sholat dzuhur bareng" Erwan masuk kedalam kamarnya meninggalkan Vania yang sedikit bingung karena sikap  Erwan yang tidak seperti biasanya.
Usai sholat dzuhur.
"Abang marah ya sama Nia?" Tanya Vania setelah mencoba menelusuri apa yang menyebabkan sikap Erwan berubah.
"Sebaiknya kita makan siang sekarang, Bunda pasti sudah menunggu kita" sahut Erwan yang langsung ingin keluar dari kamar meninggalkan Vania.
"Bang" Vania menahan lengan Erwan, matanya berkaca-kaca.
Erwan menghentikan langkahnya, diputarnya tubuhnya agar menghadap kearah Vania.
Kaca dimata Vania pecah dan turun menganak sungai dipipinya.
"Abang tidak apa-apa" Erwan menghapus air mata Vania.
"Tapi sejak tadi Abang diam saja" Vania melingkarkan kedua tangannya dipinggang Erwan, kepalanya jatuh didada Erwan.
"Kalau Nia salah maafin Nia ya Bang, tapi jangan diam saja hiks..hikss".
"Cup..cup..Abang tidak marah, Abang hanya lelah dengan tugas kuliah" Erwan mengusap lembut rambut Vania.
Erwan sadar sepenuhnya jika Vania sangat polos, tidak mungkin Vania melakukan hal yang dilarang olehnya.
Ia lah yang harus banyak bersabar dan mencoba memahami Vania.
"Benar Abang tidak marah?" wajah Vania mendongak agar bisa melihat wajah Erwan.
"Iya Abang tidak marah".
"Kalau tidak marah cium Nia lagi dong Bang" pinta Vania dengan mata berbinar.
Erwan mengerutkan dahinya sesaat.
'Kenapa Vania jadi bisa agresif begini' batinnya.
"Kenapa tiba-tiba Nia berani minta dicium? " pancing Erwan.
"Ooh..jadi kalau cewek nggak boleh minta cium duluan ya Bang, maaf Nia nggak tahu..ehmmm Nia jadi malu" Vania menyusupkan wajahnya yang terasa panas karena malu kedada Erwan.
Erwan membawa Vania duduk ditepi ranjang.
Dipangkunya Vania diatas kedua pahanya.
"Ingat ya Nia..siapapun yang minta cium jangan pernah dikasih kecuali Abang".
"Iya Abang.." sahut Nia sedikit kesal karena Erwan selalu mengatakan hal itu kepadanya.
"Nia mau dicium dimana? Bibir apa dada?" Tanya Erwan.
Nia tiba-tiba tertawa.
"Kenapa tertawa?" Tanya Erwan bingung.
"Pertanyaan Abang persis pertanyaan penjual ayam goreng tepung didesa Nia, tapi Dia tanyanya 'mau dada apa paha' begitu Bang" sahut Vania dengan suara ceria.
Tapi keceriaannya hanya sesaat karena setelahnya Ia terisak pelan.
"Kangen Bapak...kangen Ibu..hiks..hiks.." Vania menyandarkan kepalanya dibahu Erwan.
"Waann" Bu Elma muncul diambang pintu kamar Vania dan tertegun melihat Vania yang duduk dipangkuan Erwan.
Senakin kaget lagi saat mendengar Vania menangis.
"Waan ada apa? Kamu apain Vania Wan??" Tanya Bu Elma yang langsung mendekati mereka berdua.
"Nia kangen orang tuanya Bun, kangen dipangku Bapaknya seperti ini" jawab Erwan.
"Benar Sayang? Nia nangis bukan karena digangguin Bang Erwan kan?" Tanya Bu Elma sambil mengusap kepala Vania lembut.
Vania menggelengkan kepalanya.
"Nia kangen Bapak Ibu".
"Kalau Nia kangen kan bisa pinjam ponsel Bang Erwan buat video call Sayang" sahut Bu Elma.
"Sudah video call kemarin Bun, Nia nya aja nih yang lagi mau dimanjain" sahut Erwan.
"Enghh..Nia nggak manja..tadikan Abang sendiri yang...".
"Iya..iya..ssshhtt..cup..cup...Nia memang nggak manja kok, sekarang kita makan siang ya" bujuk Erwan yang takut Nia kelepasan nembuka rahasia mereka didepan Bundanya.
"Ayo kita makan Sayang" Bu Elma menarik tangan Nia dengan lembut agar Nia bangkit dari pangkuan Erwan.
Vania bangkit dari pangkuan Erwan dan melangkah keluar kamarnya menuju ruang makan dilantai bawah.
Erwan menarik nafas lega setelahnya mengikuti langkah Bundanya dan Vania.

 

7 komentar:

  1. Buka buka.. eh ada yg baru
    Semoga zidan gak ganggu nia ya bang..a wkkwkwkw

    BalasHapus
  2. Akhirnya dipublish juga
    Hampir saja vania kelepasan bicara diaapain sama erwan

    BalasHapus
  3. Bang erwan cemburuuuu 😉

    BalasHapus
  4. Asikkkk buka" blog ehhhh udah dilanjutin seneng"��������. Mksh bun . Semangat terus ya ��������

    BalasHapus
  5. Bun part selanjutnya kpn update?
    Ỳ

    BalasHapus