PART.8 (CIPIKA CIPIKI)
Selesai makan siang Bu Elma minta Vania dan Erwan menemaninya belanja kesuper market.
Erwan mengikuti Bundanya dan istrinya dengan troli ditangannya.
"Nia kalau ingin sesuatu ambil saja ya Sayang" kata Bu Elma kepada Vania.
"ya Bunda" sahut Vania.
"ya Bunda" sahut Vania.
"Ambil pembalut Nia, biar pas datang bulan nggak repot cari pembalut" bisik Erwan.
"Heenghh" Vania mengangguk lalu mengambil dua bungkus pembalut untuk siang dan malam.
"Kok beda?" Tanya Erwan.
"Yang kecil buat siang, yang besar buat malam" sahut Vania sambil berbisik juga.
"Ooohhh" Erwan manggut-manggut.
"Yang kecil buat siang, yang besar buat malam" sahut Vania sambil berbisik juga.
"Ooohhh" Erwan manggut-manggut.
Erwan mengambil satu kotak tysu basah.
"Itu apa Bang?" Tanya Vania berbisik.
"Tysu basah".
"Tysu basah buat apa?" Vania mendongakan wajahnya untuk bisa menatap wajah Erwan.
"Buat..ehmm..nanti dirumah Abang kasih tahu buat apa" sahut Erwan.
"Itu apa Bang?" Tanya Vania berbisik.
"Tysu basah".
"Tysu basah buat apa?" Vania mendongakan wajahnya untuk bisa menatap wajah Erwan.
"Buat..ehmm..nanti dirumah Abang kasih tahu buat apa" sahut Erwan.
Vania meneruskan
langkahnya mengikuti Bu Elma yang berjalan didepannya, Erwan berjalan
disebelahnya sambil mendorong troli belanjaan mereka.
"Haay..Tante Elma..selamat siang Tan?" Sapa seorang cewek yang langsung memeluk dan mencium pipi kiri dan kanan Bu Helma.
Lalu cewek itu juga mencium pipi kiri dan kanan Erwan.
"Hay Wan" sapanya.
"Hay Kay" sahut Erwan.
"Hay Wan" sapanya.
"Hay Kay" sahut Erwan.
Mata dan mulut Vania terbuka lebar saat melihat cewek itu mencium kedua pipi Erwan.
"Ini siapa?" Tanya cewek yang dipanggil Kay oleh Erwan dengan jari menunjuk kearah Vania.
"Ini Vania dia anak sahabat Tante, Dia tinggal dan sekolah disini" jawab Bu Elma.
"Ooh..hay Vania, Aku Kayla panggil saja Kay" Kayla mengulurkan tangannya pada Vania dan disambut Vania tanpa bersuara.
"Ooh..hay Vania, Aku Kayla panggil saja Kay" Kayla mengulurkan tangannya pada Vania dan disambut Vania tanpa bersuara.
"Kay dan Erwan satu kampus?" Tanya Bu Elma pada Kayla.
"Iya Tante" tanpa sungkan Kayla bergelayut dilengan Erwan.
"Iya Tante" tanpa sungkan Kayla bergelayut dilengan Erwan.
Mata dan mulut Vania kembali terbuka lebar melihat Kayla yang bersikap seperti itu dihadapannya juga didepan Bunda.
Bu Elma melangkah lagi untuk meneruskan belanjanya, Vania segera mengikuti Bu Elma meninggalkan Erwan dan Kayla dibelakangnya.
Erwan berusaha melepaskan pegangan tangan Kayla dilengannya.
"Maaf Kay..Aku risih kalau digelayutin begini" kata Erwan halus.
Erwan takut Vania jadi salah paham kepadanya karena terlihat jelas wajah Vania yang seperti tidak senang melihat Kayla bersikap mesra padanya.
Erwan takut Vania jadi salah paham kepadanya karena terlihat jelas wajah Vania yang seperti tidak senang melihat Kayla bersikap mesra padanya.
Kayla melepaskan tangannya.
"Biasanyakan juga begini Wan" rajuk Kayla.
"Sekarang tidak ada lagi biasanya Kay" sahut Erwan dengan suara ditahan agar tidak terdengar orang lain.
"Biasanyakan juga begini Wan" rajuk Kayla.
"Sekarang tidak ada lagi biasanya Kay" sahut Erwan dengan suara ditahan agar tidak terdengar orang lain.
"Kamu kenapa sih sejak pulang liburan berubah banget Wan?" Kayla meneliti wajah Erwan yang berjalan disebelahnya.
"Ya tidak apa-apa, Aku hanya merasa sudah saatnya saja Aku berubah".
"Jangan bilang kalau Kamu suka sama anak sahabat Bundamu itu ya Wan!" Desis Kayla sambil menunjuk Vania dengan dagunya.
"Kalau ya memangnya kenapa? Aku singel Dia singel lalu dimana salahnya?".
"Jangan bilang kalau Kamu suka sama anak sahabat Bundamu itu ya Wan!" Desis Kayla sambil menunjuk Vania dengan dagunya.
"Kalau ya memangnya kenapa? Aku singel Dia singel lalu dimana salahnya?".
Langkah Kayla terhenti.
"Jadi kamu...".
"Ya..Aku memang suka dengan Vania...".
"Wan...Aku...".
"Maaf Kay..Aku kira ini bukan tempat dan saat yang tepat untuk membahas ini" sahut Erwan cepat.
"Jadi kamu...".
"Ya..Aku memang suka dengan Vania...".
"Wan...Aku...".
"Maaf Kay..Aku kira ini bukan tempat dan saat yang tepat untuk membahas ini" sahut Erwan cepat.
Kayla menarik nafas dalam.
"Oke Wan..kita bicarakan ini nanti..Aku pergi dulu" Kayla melangkah mendekati Bu Elma untuk berpamitan pergi lebih dulu.
Tapi Kayla tidak bicara apapun untuk berpamitan kepada Vania.
"Oke Wan..kita bicarakan ini nanti..Aku pergi dulu" Kayla melangkah mendekati Bu Elma untuk berpamitan pergi lebih dulu.
Tapi Kayla tidak bicara apapun untuk berpamitan kepada Vania.
Erwan mendekati Vania, tapi Vania cepat mensejajari langkah Bu Elma.
Vania lebih memilih berada didekat Bu Elma dari pada Erwan.
Erwan tersenyum Ia tahu Vania pasti marah karena melihat apa yang dilakukan Kayla tadi kepadanya.
Bahkan saat mereka tiba dirumahpun Vania tetap saja menghindari Erwan.
Vania hanya mau bicara dengan Bunda mereka.
Vania hanya mau bicara dengan Bunda mereka.
Vania membantu Bu Elma memasukan sayur dan ikan kedalam kulkas didapur.
Sementara Erwan membawa belanjaan Vania kelantai atas.
"Bunda".
"Ya".
"Memang boleh ya cowok dengan cewek yang bukan suami istri ciuman?".
"Eeh..tentu saja tidak boleh Sayang".
"Tapi tadi kenapa cewek itu mencium Abang, Dia bukan istri Abang seperti Nia kan?".
"Tentu saja bukan Sayang..eeh...memangnya Nia sudah pernah dicium Abang?" Tanya Bu Elma dengan tatapan menyelidik kearah Vania.
"Ya".
"Memang boleh ya cowok dengan cewek yang bukan suami istri ciuman?".
"Eeh..tentu saja tidak boleh Sayang".
"Tapi tadi kenapa cewek itu mencium Abang, Dia bukan istri Abang seperti Nia kan?".
"Tentu saja bukan Sayang..eeh...memangnya Nia sudah pernah dicium Abang?" Tanya Bu Elma dengan tatapan menyelidik kearah Vania.
Wajah Vania yang memerah dan senyum tersipunya sebenarnya cukup bagi Bu Elma sebagai jawaban atas pertanyaannya.
Tapi Bu Elma ingin lebih memastikan lagi.
"Jawab Sayang..tidak boleh bohong loh ya".
"Heumm" Vania menganggukan kepalanya sambil menggigit bibir bawahnya.
"Jawab Sayang..tidak boleh bohong loh ya".
"Heumm" Vania menganggukan kepalanya sambil menggigit bibir bawahnya.
Bu Elma menarik nafas panjang sesaat.
"Abang cium Nia dipipi apa dibibir?".
"Ehmmm..dipipi...di....".
"Dikening..iyakan Nia" Erwan tiba-tiba muncul diambang pintu dapur, membuat Vania dan Bu Elma terkejut.
"Abang cium Nia dipipi apa dibibir?".
"Ehmmm..dipipi...di....".
"Dikening..iyakan Nia" Erwan tiba-tiba muncul diambang pintu dapur, membuat Vania dan Bu Elma terkejut.
"Nia..benar yang dibilang Abangmu?" Tanya Bu Elma.
"I..iya Bunda" sahut Vania sambil menganggukan kepalanya setelah menerima tatapan Erwan yang seakan memperingatkannya agar jangan membuka rahasia mereka.
"I..iya Bunda" sahut Vania sambil menganggukan kepalanya setelah menerima tatapan Erwan yang seakan memperingatkannya agar jangan membuka rahasia mereka.
"Ingat ya Wan...jangan lebih dari itu, ingat janjimu pada orang tua Vania".
"Iya Bunda..iyaaa" sahut Erwan sambil mengangguk-anggukan kepalanya.
"Iya Bunda..iyaaa" sahut Erwan sambil mengangguk-anggukan kepalanya.
"Nia juga jangan mau kalau dicium-cium Abang, kalau Abang memaksa kasih tahu Bunda ya".
"Iya Bunda" jawab Vania sembari melirik kearah Erwan.
"Iya Bunda" jawab Vania sembari melirik kearah Erwan.
"Bunda".
"Ya".
"Tadi Bunda belum jawab pertanyaan Nia".
"Pertanyaan yang mana?".
"Itu kenapa cewek itu cium Abang?" Vania menunjuk kearah Erwan.
"Ya".
"Tadi Bunda belum jawab pertanyaan Nia".
"Pertanyaan yang mana?".
"Itu kenapa cewek itu cium Abang?" Vania menunjuk kearah Erwan.
"Nia kalau dikota hal seperti itu sudah biasa dilakukan saat bertemu teman" jawab Bu Elma.
"Oooh...berarti Nia boleh cium pipi teman cowok Nia juga dong Bun?".
"Eeh nggak boleh..nggak boleh" seru Erwan sambil menggoyangkan telapak tangannya didepan Vania.
"Eeh nggak boleh..nggak boleh" seru Erwan sambil menggoyangkan telapak tangannya didepan Vania.
"Tadi katanya dikota sudah biasa, Abang boleh dicium cewek lain masa Nia tidak boleh di...".
"Eeh..nggak..nggak boleh" seru Erwan semakin nyaring dan nyaris terdengar seperti orang panik.
"Eeh..nggak..nggak boleh" seru Erwan semakin nyaring dan nyaris terdengar seperti orang panik.
Bu Elma tersenyum melihat sikap Erwan yang seperti orang kebakaran jenggot.
"Nia..sayang...ada
hal-hal yang bisa ditiru dari kebiasaan orang kota, tapi ada juga yang
tidak perlu ditiru dan menurut Bunda cipika cipiki bukan hal yang harus
ditiru kalau dilakukan dengan lawan jenis" kata Bu Elma lembut.
"Ci-pi-ka...ci-pi-ki...itu apa Bun?".
"Cipika cipiki itu artinya cium pipi kanan..cium pipi kiri seperti Bang Erwan dengan Kayla tadi, sebaiknya Nia tidak usah meniru kebiasaan seperti itu ya".
"Ooh...tapi kalau Nia ci..pi..ka nya sama Abang bolehkan Bun?".
"Iya boleh..tapi nggak boleh lebih dari itu ya".
Vania menatap Erwan, Erwan menganggukan kepalanya.
"Iya Bunda" sahut Vania.
"Cipika cipiki itu artinya cium pipi kanan..cium pipi kiri seperti Bang Erwan dengan Kayla tadi, sebaiknya Nia tidak usah meniru kebiasaan seperti itu ya".
"Ooh...tapi kalau Nia ci..pi..ka nya sama Abang bolehkan Bun?".
"Iya boleh..tapi nggak boleh lebih dari itu ya".
Vania menatap Erwan, Erwan menganggukan kepalanya.
"Iya Bunda" sahut Vania.
Bu Elma tersenyum mendengar jawaban Vania.
Beliau percaya Vania yang lugu dan polos tidak akan membohonginya.
Beliau percaya Vania yang lugu dan polos tidak akan membohonginya.
--
Dari siang sampai malam rasa kesal dihati Vania pada Erwan belum juga hilang.
Vania masih kesal karena Erwan cipika cipiki dengan Kayla sehingga Ia tidak mau membukakan pintu kamarnya untuk Erwan saat Erwan mengetuk pintu kamarnya usai mereka makan malam dan sholat Isya bersama orang tua Erwan.
Vania masih kesal karena Erwan cipika cipiki dengan Kayla sehingga Ia tidak mau membukakan pintu kamarnya untuk Erwan saat Erwan mengetuk pintu kamarnya usai mereka makan malam dan sholat Isya bersama orang tua Erwan.
"Nia Sayang..bukain dong".
"Enggak mau..kata Bunda Nia nggak boleh bukain pintu buat Abang".
"Duuhhh Nia...Nia lupa ya kalau Nia punya hutang sama Abang, hutang ongkos nganterin Nia kesekolah tadikan janjinyakan mau dibayar malam".
"Iya Nia tahu..tapi Nia nggak mau bayar malam ini".
"Kalau nggak dibayar malam ini nanti berbunga loh".
"Biarin".
"Nia...".
"Enggak mau..kata Bunda Nia nggak boleh bukain pintu buat Abang".
"Duuhhh Nia...Nia lupa ya kalau Nia punya hutang sama Abang, hutang ongkos nganterin Nia kesekolah tadikan janjinyakan mau dibayar malam".
"Iya Nia tahu..tapi Nia nggak mau bayar malam ini".
"Kalau nggak dibayar malam ini nanti berbunga loh".
"Biarin".
"Nia...".
"Waan...Nia" suara Bundanya yang memanggil mereka mengagetkan Erwan.
"Ya Bun" sahut Erwan.
"Nia mana?".
"Nia..dicari Bunda" Erwan mengetuk pintu kamar Vania.
"Nia mana?".
"Nia..dicari Bunda" Erwan mengetuk pintu kamar Vania.
Vania membuka pintu kamarnya.
"Ya Bun".
"Bunda sama Ayah harus ke Bandung sekarang, Tante kalian yang tadinya sudah mulai sehat mendadak kritis lagi kondisi kesehatannya".
"Ooh..kita ikut ke Bandung juga Bun?" Tanya Erwan.
"Ya Bun".
"Bunda sama Ayah harus ke Bandung sekarang, Tante kalian yang tadinya sudah mulai sehat mendadak kritis lagi kondisi kesehatannya".
"Ooh..kita ikut ke Bandung juga Bun?" Tanya Erwan.
"Enggak usah Wan,
kaliankan harus sekokah dan kuliah, kamu jagain Vania ya Wan, antar
jemput Nia sekolah, soalnya Mamang ikut pergi dengan kami".
"Iya Bun..Bunda jangan khawatir soal itu" sahut Erwan.
Bu Elma turun kelantai bawah diikuti Vania dan Erwan dibelakangnya.
"Ayah Bunda pergi sekarang?" Tanya Erwan.
"Iya Wan...jaga Nia ya..jangan macam-macam ya Wan".
"Iya Ayaahh" sahut Erwan.
"Iya Wan...jaga Nia ya..jangan macam-macam ya Wan".
"Iya Ayaahh" sahut Erwan.
Bu Elma memeluk Vania.
"Maaf ya Nia, kamu harus Bunda tinggal untuk beberapa hari, kalau ada apa-apa telpon saja Bunda ya" Bu Elma mengelus kepala Vania penuh sayang.
"Maaf ya Nia, kamu harus Bunda tinggal untuk beberapa hari, kalau ada apa-apa telpon saja Bunda ya" Bu Elma mengelus kepala Vania penuh sayang.
"Iya Bun" sahut Vania.
"Jangan berantem ya, Erwan jagain Vania dengan baik ya" pesan Bu Elma.
"Iya Bun" sahut keduanya.
Pak Yanto dan Bu Elma pergi dengan diantar supir mereka.
Vania segera naik keatas begitu mobil hilang dari pandangannya.
Setelah mengunci pintu Erwan segera berlari menyusulnya.
Vania segera naik keatas begitu mobil hilang dari pandangannya.
Setelah mengunci pintu Erwan segera berlari menyusulnya.
"Nia..Nia..bukain dong" Erwan mengetuk pintu kamar Vania.
"Enggak mau".
"Nia..kita kan cuma berdua dirumah Mamang ikut Ayah Bunda, Bibik ijin nengokin anaknya..Nia nggak takut tidur sendirian, Oma dirumah tetangga sebelah baru meninggal loh kemarin malam".
"Nia nggak takut" sahut Vania.
"Beneran nggak takut...padahalkan Nia sempat ngobrol sama Oma itu sore hari sebelum Beliau meninggal, mungkin sajakan Oma itu pengen ngobrol lagi sa...".
"Enggak mau".
"Nia..kita kan cuma berdua dirumah Mamang ikut Ayah Bunda, Bibik ijin nengokin anaknya..Nia nggak takut tidur sendirian, Oma dirumah tetangga sebelah baru meninggal loh kemarin malam".
"Nia nggak takut" sahut Vania.
"Beneran nggak takut...padahalkan Nia sempat ngobrol sama Oma itu sore hari sebelum Beliau meninggal, mungkin sajakan Oma itu pengen ngobrol lagi sa...".
Pintu terbuka sebelum Erwan menyelesaikan kalimatnya.
"Abaang jangan nakut-nakutin" Vania memukul lengan Erwan kesal.
Erwan menangkap tangan Vania lalu membawa Vania masuk kedalam kamar.
"Abaang jangan nakut-nakutin" Vania memukul lengan Erwan kesal.
Erwan menangkap tangan Vania lalu membawa Vania masuk kedalam kamar.
"Abang pengen nagih ongkos nganterin Nia kesekolah" Erwan menyandarkan punggung Vania kedaun pintu.
"Enggak mau..muka Abang bekas dicium cewek lain.." Vania mendorong dada Erwan dengan kedua tangannya.
"Nia cemburu ya?" Goda Erwan.
"Enggak..".
"Cemburu nih pasti..iyakan".
"Enghhh..eeenggaaakk" Vania menghentakan kakinya dengan kesal.
Matanya mulai berkaca-kaca.
"Enggak..".
"Cemburu nih pasti..iyakan".
"Enghhh..eeenggaaakk" Vania menghentakan kakinya dengan kesal.
Matanya mulai berkaca-kaca.
"Iya..iya..Nia nggak
cemburu...muka Abang nggak ada bekas ciumannya lagi kok, kan sudah mandi
tadi sore, sudah wudhu juga waktu mau sholat, mau ya Abang cium" Erwan
meraba bibir Vania dengan jarinya.
"Mau ya Sayang" bujuk Erwan.
"Nia nggak mau dicium Abang lagi kalau Abang cium-cium cewek lain".
"Iya..iya..Abang janji tidak akan mengijinkan cewek lain cium-cium Abang, cuma Nia yang boleh cium Abang, sekarang mau ya Abang cium" bujuk Erwan.
"Nia nggak mau dicium Abang lagi kalau Abang cium-cium cewek lain".
"Iya..iya..Abang janji tidak akan mengijinkan cewek lain cium-cium Abang, cuma Nia yang boleh cium Abang, sekarang mau ya Abang cium" bujuk Erwan.
Vania mengangguk.
"Abang mau ciumnya dibibir atau didada?" Tanyanya dengan suara dan tatapan polosnya, membuat Erwan tersenyum bahagia.
"Abang mau ciumnya dibibir atau didada?" Tanyanya dengan suara dan tatapan polosnya, membuat Erwan tersenyum bahagia.
"Dua-duanya" bisik Erwan sebelum mendaratkan ciumannya dibibir Vania.
Bibir Erwan turun keleher Vania.
"Eenghh Nia merinding Bang...jangan-jangan Oma yang meninggal masuk kamar Nia" jemari Vania mencengkeram erat lengan Erwan, matanya menatap kesekeliling kamar.
"Eenghh Nia merinding Bang...jangan-jangan Oma yang meninggal masuk kamar Nia" jemari Vania mencengkeram erat lengan Erwan, matanya menatap kesekeliling kamar.
Erwan tidak menjawab karena tangannya ingin melepaskan pakaian Vania.
"Jangan Bang".
"Kenapa?".
"Kalau roh Omanya masuk kesini nanti bisa lihat kita ciuman kan malu Bang".
"Roh Omanya tidak akan datang kesini Nia".
"Tapi tadi Abang bilang...hmmmpppp" Erwan tidak mau lagi memberi kesempatan Vania untuk mengoceh.
"Jangan Bang".
"Kenapa?".
"Kalau roh Omanya masuk kesini nanti bisa lihat kita ciuman kan malu Bang".
"Roh Omanya tidak akan datang kesini Nia".
"Tapi tadi Abang bilang...hmmmpppp" Erwan tidak mau lagi memberi kesempatan Vania untuk mengoceh.
Dibopongnya tubuh mungil Vania menuju tempat tidur setelah Ia melepaskan pakaian bagian atas dan bra Vania.
Bibir Erwan kembali berpindah menyusuri leher Vania.
"Baaang Nia merinding lagi...Nia takut Baang" mata Vania kembali berusaha meneliti sekitar kamarnya.
"Baang..Baang..Nia mau
pipis...Baang..merindingnya nggak mau berhenti Bang...jangan-jangan
Omanya lagi melototin kita Bang" ceracau Vania membuat Erwan harus
kembali membungkam mulut Vania dengan ciumannya.
Erwan jadi menyesal
sudah menakut-nakuti Vania tadi, karena Ia jadi merasa kehilangan
konsentrasinya dalam mecumbui Vania, karena Vania ketakutan akibat
merasa merinding.
Hhhh...punya istri lugu dan polos itu..enak-enak susah ternyata batin Erwan.